Translate

Selasa, 19 Juni 2012

Mendulang Prestasi Tanpa Ekstasi


“Menurut Badan Narkotika Nasional (BNN), penyalahgunaan narkoba di kalangan pelajar dan mahasiswa pada satu tahun terakhir ini, naik 5,6 persen dari 2006. Pada 2006, penyalahgunaan narkoba di kalangan pelajar dan mahasiswa mencapai 1,1 juta orang atau hampir 30 persen dari total pengguna narkoba yang ada di Indonesia.”
Sungguh mengejutkan ketika angka tersebut meningkat tajam hanya dalam kurun waktu setengah dekade. Lantas timbul pertanyaan, mengapa hal ini dengan mudah terjadi?
Secara sederhana, kita bisa berpijak pada teori psikologis dan sosialis. Secara psikologis, narkoba dengan mudah meracuni pelajar dan mahasiswa karena adanya gangguan mental yang ditimbulkan oleh rasa kecewa, terkekang, rasa kurang mendapatkan perhatian dan kasih sayang orangtua, sampai pada rasa mengalami kegagalan yang teramat dalam. Sedangkan dalam teori sosialis (interaksi sosial) penyebabnya yakni kesalahan dalam memilih lingkungan sosial, misalnya memiliki teman akrab yang merupakan pengguna dan pemakai ekstasi.

Ketika pertanyaan di atas terjawab, timbul pertanyaan mendasar kedua. Kenapa mereka memilih narkoba sebagai wadah “pelarian”? Secara ilmiah, beberapa artikel kesehatan mengatakan bahwa narkoba berpengaruh pada bagian otak yang bertanggung jawab atas kehidupan perasaan (feeling) yang disebut sistem limbus. Narkoba menghasilkan perasa ‘high’ dengan mengubah susunan biokimia molekul pada sel otak yang disebut neuro-transmitter. Alhasil, para penggunanya akan merasakan efek gembira, senang, dan tentram secara berlebihan dalam beberapa saat. Akan tetapi, perlu digaris bawahi efek tersebut hanyalah stimulus pada otak yang disebabkan oleh halusinasi semata. Setelah efek tersebut hilang yang didapatkan hanyalah kerusakan pada sistem kekebalan dan pertahanan tubuh. Gangguan fisik ini kemudian berimbas menjadi gangguan mental.
Sungguh disayangkan ketika gangguan fisik dan mental ini menyerang kalangan pelajar dan mahasiswa yang notabene berada dalam usia produktif. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), usia produktif adalah usia ketika seseorang masih mampu bekerja dan menghasilkan sesuatu. Dampaknya, penggunaan narkoba pada kalangan pelajar dan mahasiswa akan menurunkan tingkat produktivitas mereka. Lalu, sejauh apa efek yang akan ditimbulkan?
Usia produktif seperti yang didefinisikan di atas adalah masa untuk menghasilkan, masa untuk berprestasi. Pelajar dan mahasiswa yang berada dalam usia ini adalah subjek-subjek terdidik yang tergolong pada kelompok akademisi. Apa yang terjadi ketika kelompok akademisi ini dimabukkan oleh ekstasi?  Jawabannya, tidak akan ada prestasi yang dihasilkan. Lantas, apakah dampaknya hanya kepada mereka sebagai subjek individu? Tidak. Jika kita menyepakati usia produktif sebagai usia berprestasi, maka hal ini juga akan berdampak kepada subjek majemuk seperti masyarakat dan objek sentral yakni stabilitas nasional.
Kalangan pelajar dan mahasiswa disebut berada dalam masa prestatif karena disadari atau tidak, pada kelompok inilah banyak ruang dan peluang untuk berprestasi. Prestasi yang dimaksud di sini adalah prestasi akademis maupun non-akademis seperti penyaluran minat dan bakat. Faktanya, banyak kita lihat pelajar dan mahasiswa yang telah mendulang prestasi di kancah nasional maupun internasional dalam berbagai bidang. Ada yang berprestasi dalam bidang olahraga, seni, keilmiahan, dan bidang minat-bakat lainnya. Prestasi-prestasi inilah yang kemudian menimbulkan rasa bahagia, senang, dan tenteram yang sejati, tidak hanya berupa halusinasi sesaat saja. Apakah mereka menggunakan ekstasi untuk berprestasi? Tentu tidak.
Oleh karena itu, sangat memperihatinkan ketika kebahagiaan itu dicari dalam serbuk dan pil ekstasi, ketika usia untuk berprestasi digunakan untuk berhalusinasi dan menyiksa diri. Usia muda tidak akan pernah datang dua kali. Masa itu hanya ada sekali dalam hidup. Maka sungguh disayangkan ketika masa-masa prestatif ini harus direnggut oleh kebahagiaan semu. Lantas pertanyaan terakhir, apakah kita pelajar dan mahasiswa ingin menggunakan masa muda ini untuk mendulang prestasi? Ataukah membiarkan diri mati diantara serbuk dan pil ekstasi? Jawabannya ada pada diri sendiri.

:: esai ini memperoleh juara 1 Lomba Esai LFAD 2012

0 komentar:

Posting Komentar

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites