Translate

This is default featured post 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Minggu, 22 April 2012

Sebuah Senyuman Untuk Hujan


:: Cerpen ini memperoleh juara 1 Lomba Menulis Cerpen LMCE TPB IPB :-)

Ilustrasi
Guruh terdengar nyaring sementara awan gelap kian menebal. Walaupun baru jam empat sore, langit tampak mendung. Angin berhembus dingin, membawa uap air dari kejauhan. Ratih melonjak hatinya, gembira. Sebentar lagi hujan yang dinanti-nantikannya akan turun. Bergegas ia berjalan meninggalkan rumahnya.
            Dua buah payung besar lusuh yang masih terkatup telah ia kepitkan di ketiaknya. Dengan hati-hati, ia berjingkat melangkahi genangan air di lubang-lubang jalan. Beberapa helai rambutnya yang keriting kemerah-merahan jatuh di keningnya. Kaki kanannya yang setengah lumpuh ia seret sedemikian cepat. Gadis cilik berusia dua belas tahun itu terlihat sangat girang. Kekhawatirannya akan hujan yang tak turun sore ini terjawab sudah.
Sepuluh menit ia berjalan sampailah ia di pasar. Sama halnya dengan sore-sore sebelumnya, pasar tampak sibuk. Beberapa orang yang telah menyelesaikan urusan konsumtifnya berjalan tergesa-gesa. Tentu karena tak ingin pulang dalam keadaan basah kuyup. Pedagang kaki lima yang berjejer di sepanjang trotoar tak kalah sigap. Mereka mulai mengemas barang-barang dagangan mereka. Beberapa tenda mulai di lipat. Pakaian-pakaian murah yang menggangtung di sepanjang trotoar di angkat.
            Ia berhenti sejenak, menerawang ke langit yang kian gelap. Terbayang di benakknya sesosok perempuan ringkih yang tengah terbaring di atas dipan1 reyot di rumahnya.

Lukisan Wajah

:: cerpen ini memperoleh Juara 3 Lomba Cipta Cerpen IPB Art Festival
Ilustrasi


Ini sudah hari ke lima aku hanya termenung dalam ruangan yang biasa aku gunakan untuk memainkan jemariku meliuk-liuk di atas kanvas. Biasanya, pagi-pagi begini aku masuk, sore harinya aku telah keluar dengan tangan dan baju berlumuran cat air beserta sebuah senyum kemenangan. Senyum puas karena aku berhasil mengukir sebuah lukisan. Yah, lukisan yang kemudian akan menjadi penghuni galeri-galeri di kota ini. Tentu tak sulit untuk sebuah lukisan yang kuciptakan terjual dalam sebuah pameran, kau tahu itu.

            “Namamu sudah besar, siapa yang tidak bisa melihat keindahan tiap goresan dalam lukisanmu? Lukisanmu seolah mampu berbicara tentang dirinya sendiri. Wajar jika pengagum karyamu ada di mana-mana,” ujarmu sore itu ketika kau menemuiku di beranda rumah.

            “Apa kau tidak cemburu dengan pengagum-pengagumku itu?” Aku sedikit menggodamu, membiarkan mataku menikmati garis-garis bibirmu yang khas setiap kali kau merasa cemburu. Kau tidak akan pernah mengatakan ‘iya’. Aku tahu itu. Kau hanya akan menatap ke dalam bola mataku seolah mencari keyakinan ucapanku di sana. Setiap hal itu terjadi, aku tak bisa menatapmu. Aku akan membuang pandanganku ke arah lain. Seperti kali itu, aku hanya menunduk. Menatap jari-jari kakiku yang terkena tumpahan cat.

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites