Sore itu kudengar sayup-sayup dari balik dinding kamar suara ibu penuh kekesalan pada ayah.
“Kalau kita sendiri hidupnya pas-pasan, kenapa harus sok sosial, Pak?” Begitu kata ibu bergetar. Bisa kubayangkan ayahku waktu itu mungkin hanya menunduk, mencoba menyabarkan diri.
“Kita butuh uang yang tidak sedikit bulan ini. Anak-anak mesti bayar uang sekolah, belum lagi utang buku mereka yang sudah menungggak,” tambah Ibuku lagi.
“Sabar, Buk. Pak Anto, temanku itu benar-benar butuh uang. Katanya kemarin ibunya datang dari kampung minta uang untuk berobat ayahnya yang stroke.” Ayah mulai bicara. Suaranya tenang, mencoba meredam kekesalan Ibu.
“Percayalah, Buk. Dengan menolong orang suatu saat nanti kita juga akan ditolong oleh Allah. Lagipula kita masih bisa berhemat. Utang buku anak-anak kita bayar setengahnya saja dulu. Insya Allah kalau sudah dapat rezeki lebih, Bapak bakal lunasi.”