Seorang bapak tua menghampiriku ketika aku tengah duduk-duduk di depan rumah. Rambutnya telah memutih disepuh usia. Ia memakai baju koko putih lusuh yang mulai menguning dengan bawahan sarung yang bolong dimana-man. Bolongan itu seperti berusaha ditutupi denagn kain perca yang dijahit tak beraturan. Tubuhnya ringkih dan bungkuk. Tongkat yang ada di tangan kanannya berusaha menopang tubuhnya agar tidak jatuh. Sementara di tangan kiri kotak yang bertuliskan “ infaq” ia pegang erat.